Suami yang tak pernah melibatkan diri mengurus urusan rumah maka tidak akan ada empati dan simpati dalam dirinya untuk sekedar menghargai istri.
Suami yang tak pernah mau tau besarnya kebutuhan dapur dan rumah tangganya maka ia akan dengan mudah menuduh istrinya boros dan tak bisa mengatur keuangan dan nafkah yang telah diberikannya.
Suami yang tak pernah ambil peran untuk membantu istrinya mengurus anak-anak, maka akan dengan mudah menyepelekan rasa lelah istri, tak mau mendengar keluh kesah istri, marah istri hanya dianggap angin lalu, dan sangat mudah menganggap istri kurang bersyukur atas perannya.
Suami yang memang tidak pernah terlibat membantu pekerjaan istrinya hanya akan mudah menyalahkan, meremehkan dan menyepelekan.
Padahal jika suami tahu bagaimana posisi istri yang sekaligus punya anak, jam istirahatnya sangat berantakan, makannya pun juga sesempatnya, mandipun terkadang aja kadarnya, merawat diripun terkadang tak ada waktu, lelah dilawan, sedih di simpan.
Suami, kau lihat istrimu setelah punya anak, wajahnya sering kusut, mukanya pun terkadang sering terlihat semberut, bahkan terlihat tak secantik dulu itu, karena sudah tak ada waktu untuk merawat dirinya, fokusnya hanya kepada anak dan rumah tangganya yang terkadang 24 jampun tak kunjung usai.
Sesekali, engkau suami,,,,ambil peran istrimu, ambil alih pekerjaannya, jika engkau senggang, berikan istrimu waktu untuk istirahat dan berikan dia uang untuk merawat dirinya, karena kesehatan mentalnya ada pada pedulimu terhadap istrimu.
Sejatinya jika seorang suami menyelamatkan mental satu orang (istrimu) maka engkau turut menyelamtkan mental semua isi rumahmu.