Perjalanan Politik Anies Baswedan

 


Anies Rasyid Baswedan merupakan salah satu tokoh intektual dan politik Indonesia yang memiliki perjalanan karier yang cukup unik dan penuh dinamika. Lahir pada 7 Mei 1969 di kuningan, Jawa Barat, Anies dikenal sebagai akademisi dan intektual muda sebelum akhirnya terjun ke dunia politik.

Karier politiknya tidak dimulai dari jalur partai, melainkan dari kiprahnya sebagai cendekiawan, pendidik, dan tokoh perubahan.

Sebelum dikenal sebagai politisi, Anies lebih dulu dikenal sebagai Rekor Universitas Paramadina di usia yang sangat muda, yaitu 38 tahun. Ia kemudian mendirikan Gerakan Indonesia Mengejar pada tahun 2010, sebuah inisitiaf sosial yang mengirimkan anak-anak muda terdidik untuk mengejar di daerah-daerah terpencil. Gerakan ini membawa nama Anies melambung sebagai figure perubahan di bidang pendidikan.

Langkah awalnya ke panggung politik nasional dimulai pada 2014, ketika ia ditunjuk sebagai juru bicara pasangan Joko Widodo-Jusuf kalla dalam kampanye Pilpres 2014. Setelah kemenangan Jokowi, Anies dipercaya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Kerja. Namun, masa jabatannya hanya bertahan sekitar dua tahun, karena di digantikan dalam reshuffle cabinet pada 2016.

Keluarnya Anies dari cabinet tidak menyurutkan langkah politiknya. Justru, ia kemudian diusung oleh Partai Gerindra dan PKS untuk maju dalam Olkada DKI Jakarta 2017, berpasangan dengan Sandiaga Uno.

Pasangan ini berhasil mengalahkan pertahanan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) dalam sebuah pemilihan yang penuh kontroversi dan ketegangan sosial-politik. Kemenangan ini menjadi titik balik dalam karier politik Anis, karena dari sinilah ia mulai dikenal sebagai salah satu tokoh oposisi terhadap pemerintah pusat.

Sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Anies membawa gaya kepemimpinan yang berbeda. Ia sering menekankan aspek keadilan sosial, tata kota berbasis manusia, dan pembangunan yang berkelanjutan.

Beberapa program populernya antara lain revitalisasi trotoar, pembangunan Jakarta Internasionl Staduim (JIS) dan integrasi transpotasi public. Meski menuai pujian dari sebagian kalangan, ia juga mendapat kritik terkait penanganan banjir, reklamasi, dan transpatansi kebijakan.

Pasca menjabat sebagai gubernur, Anie terus bergerak di dunia politik nasional. Ia resmi dideklarasikan sebagai calon presiden untuk pemilu 2024 oleh partai NasDem dan kemudian didukung oleh PKS dan Partai Demokrat (meskipun Demokrat akhirnya menarik dukungan). Anies memilih Muhaimin Iskandar sebagai cawapresnya, menciptakan pasangan Anies-Muhaimin (AMIN)

Dalam pemilu 2024, Anies berhasil masuk ke putaran kedua bersama Prabowo Subianto, tetapi akhirnya kalah dalam perolehan suara nasional. Meski demikian pencapaiannya dalam Pilpres memperkuat posisinya sebagai salah satu tokoh utama dalam lanskap politik Indonesia ke depan.

Perjalanan politik Anies Baswedan mencerminkan transformasi seorang intektual menjadi politisi nasional. Dengan rekam jejak yang beragam adakemik, sosial, dan pemerintahan, Anies tetap menjadi sosok sentral dalam diskursus politik Indonesia Kontemporer.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال